Catching Fire

Laman

Minggu, 25 September 2016

Pendidikan Kewarganegaraan



Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasikan penerus –penerus bangsa yang berompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

TUJUAN

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.
Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara.
Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui pendidikan Kewarganegaraan , warga negara Republik indonesia diharapkan mampu “memahami”, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat , bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.


sumber: https://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/03/01/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-pegertian/

KITAB SUCI KATOLIK


Alkitab Katolik  adalah Alkitab yang memuat keseluruhan 73 kitab kanonik, termasuk kitab-kitab Deuterokanonika, yang diakui oleh Gereja Katolik

Alkitab Katolik terdiri dari Perjanijian Lama ( Taurat, Kitab Sejarah, Kitab Hikmat, Kitab Nubuat) dan Perjanjian Baru ( 
Injil, Kitab Sejarah, Surat Paulus, Surat Umum, Wahyu) 

Bahasa asli alkitab dari bahasa Latin (Nova Vulgata) 


PERBEDAAN ALKITAB KATOLIK DENGAN ALKITAB KRISTEN  
Alkitab Katolik


Kitab Suci yang digunakan umat Katolik berbeda jumlah dan urutan kitab-kitabnya dengan yang biasa digunakan umat Protestan, karena Kitab Suci Katolik tetap tidak berubah paska Reformasi Protestan dan tetap mempertahankan tujuh kitab yang ditolak secara khusus oleh Martin Luther. Kanon dari teks Perjanjian Lama pada Kitab Suci Katolik agak lebih panjang dibandingkan dengan terjemahan yang digunakan kalangan Protestan, yang mana biasanya berdasarkan secara khusus pada Teks Masoret dalam bahasa Aram dan Ibrani yang lebih pendek. Di sisi lain kanon Katolik, yang mana tidak menerima semua kitab yang termasuk dalam Septuaginta, lebih pendek dibandingkan dengan kanon beberapa Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, yang mengakui kitab-kitab lainnya sebagai Kitab Suci.
Gereja Ortodoks Yunani umumnya menganggap Mazmur 151 sebagai bagian dari Kitab Mazmur dan menerima kitab-kitab Makabe yang berjumlah 4, namun biasanya menempatkan 4 Makabe dalam sebuah lampiran, bersama dengan Doa Manasye. Ada beberapa perbedaan penamaan beberapa kitab dibandingkan dengan penggunaan dalam Gereja Barat (misalnya Esdras). Ortodoks Yunani umumnya menganggap Septuaginta terinspirasi secara Ilahi, tak kurang dari teks Ibrani kitab-kitab Perjanjian Lama.
Kitab Suci dari Gereja Tewahedo berbeda dengan Kitab Suci Barat dan Ortodoks Yunani dalam hal urutan, penamaan, dan pembagian bab/ayat atas beberapa kitabnya. Kanon yang "lebih sempit" dari Alkitab kalangan Ethiopia tersebut mencakup 81 kitab sekaligus: 27 kitab Perjanjian Baru; kitab Perjanjian Lama dari Septuaginta dan yang diterima oleh Ortodoks Timur (lebih banyak dari Deuterokanonika Katolik); dengan tambahan Henokh, Yobel, 1 Esdras, 2 Esdras, Paralipomena Barukh dan 3 kitab Makabian(kitab-kitab Makabe Ethiopia ini sama sekali berbeda isinya dibandingkan dengan 4 Kitab Makabe Ortodoks Timur). Sebuah kanon Perjanjian Baru Ethiopia yang "lebih luas" mencakup 4 kitab "Sinodos" (praktik menggereja), 2 "Kitab Kovenan", "Klemens Ethiopia", dan "Didaskalia Ethiopia" (Ordinasi Gereja Aspotolik). Kanon yang "lebih luas" ini terkadang dikatakan memasukkan juga dalam Perjanjian Lama-nya sebuah kisah sejarah Yahudi dalam 8 bagian yang berdasarkan pada tulisan Flavius Yosefus, dan dikenal sebagai "Pseudo-Yosefus" atau "Joseph ben Gurion" (YosÄ“f walda Koryon).

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Suci_Katolik

Minggu, 04 September 2016

Agama Katolik

SEJARAH AGAMA KATOLIK


Gereja Katolik
Gereja Katolik dimulai dengan ajaran-ajaran Yesus Kristus pada abad ke-1 M di provinsi Yudea, kekaisaran Romawi. Gereja Katolik kontemporer mengatakan bahwa dirinya adalah kelanjutan dari Komunitas Kristen awal yang didirikan oleh Yesus. Para uskupnya adalah para penerus Rasul - Rasul Yesus, dan uskup Roma—juga dikenal sebagai Paus—dipandang sebagai penerus tunggal Santo Petrus melalui penetapan oleh Yesus Kristus untuk menjadi kepala Gereja di Perjanjian Baru yang melakukan pelayanan di Roma. Pada akhir abad ke-2, para uskup mulai berhimpun dalam sinode - sinode regional untuk menyelesaikan berbagai isu kebijakan dan doktrin. Pada akhir abad ke-3, Uskup Roma mulai bertindak sebagai suatu pengadilan banding untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan uskup lainnya.
Kekristenan menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi awal, meskipun terjadi penganiayaan karena konflik dengan pagan yang menjadi agama resmi negara. Pada tahun 313, pergulatan Gereja Perdana menjadi berkurang dengan disahkannya kekristenan oleh Kaisar Konstantitus. Pada tahun 380, di bawah Kaisar Theodosius I, Kekristenan menjadi agama negara kekaisaran Romawi melalui Edik Tesalonika, yang mana bertahan hingga jatuhnya Kekaisaran Barat, dan kemudian dengan Kekaisaran
Romawi Timur hingga Kejatuhan Konstantinopel. Menurut Eusebius, selama waktu ini (periode Tujuh Konsili Ekumenis) dianggap terdapat lima takhta utama (yurisdiksi dalam Gereja Katolik) atau Pentarki: Roma, Konstantinopel, Antiokia, Yerusalem, dan Aleksandria.
Setelah kehancuran Kekaisaran Romawi Barat, Gereja Barat merupakan salah satu faktor utama dalam pelestarian peradaban klasik, pendirian biara-biara, dan pengiriman para misionaris untuk mengkonversi orang-orang Eropa Utara, sampai sejauh Irlandia di utara. Di Timur, Kekaisaran Bizantium tetap melestarikan Ortodoksi setelah invasi besar Islam pada pertengahan abad ke-7. Invasi tersebut menghancurkan tiga dari kelima Patriarkat, awalnya merebut Yerusalem, kemudian Aleksandria, dan selanjutnya Antiokhia pada pertengahan abad ke-8.
Keseluruhan periode pada lima abad berikutnya didominasi oleh pergulatan antara Kekristenan dan Islam di seluruh Cekungan Mediterania. Pertempuran di Poitiers dan Toulouse melestarikan barat Katolik, walaupun Roma dirusak pada tahun 850 dan Konstantinopel mengalami pengepungan. Pada abad ke-11, ketegangan hubungan antara gereja di Timur yang utamanya berbahasa Yunani, dan gereja berbahasa Latin di Barat, berkembang menjadi Skisma Timur - Barat, sebagian karena konflik terkait Otoritas kepausan . Perang Salib Keempat, dan penjarahan Konstantinopel oleh para tentara salib yang membangkang memperlihatkan perpecahan akhir tersebut. Pada abad ke-16, sebagai tanggapan terhadap Reformasi Protestan, Gereja terlibat dalam suatu proses pembaharuan dan reformasi yang substansial yang dikenal sebagai Kontra Reformasi. Pada abad-abad berikutnya, Katolisisme menyebar luas di seluruh dunia kendati mengalami penurunan di Eropa karena bertumbuhnya Protestanisme dan juga karena skeptisime agama selama dan setelah Abad Pencerahan. Konsili Vatikan II pada tahun 1970-an memperkenalkan perubahan yang paling signifikan atas praktik-praktik Katolik sejak Konsili Terente tiga abad sebelumnya.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gereja_Katolik